Jumat, 16 Desember 2011

STUDI FILOLOGI BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN - FILOLOGI DAN KEBUDAYAAN NUSANTARA

 FILOLOGI
STUDI FILOLOGI BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN : FILOLOGI DAN KEBUDAYAAN NUSANTARA







Oleh :

KELOMPOK 11
Asih Triranti                     : 06081002024
Tiara Ramadhan                : 06101002011
Reddo Mandala Saputra   : 06101002018
Wahyu Endayani               : 06101002034

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sriwijaya
2011
BAB I
PENDAHULUAN


1.1             Latar Belakang

Filologi dan kebudayaan adalah dua istilah yang dalam cabang-cabang ilmu bisa dibicarakan dan membicarakan objek-objek kajiannya secara tersendiri. Tetapi substansi dari apa yang dibicarakan oleh filologi dan kebudayaan sebagai ilmu, pada dasarnya adalah tak terpisahkan.  Dilihat sebagai cabang-cabang ilmu tersendiri karena masing-masing telah memiliki fokus kajian, teori dan metodologi pendekatan serta tujuan yang hendak dicapai. Kedunya, relatif berbeda. Sedang substansi dari apa yang ingin diketahui oleh ilmu filologi dan ilmu kebudayaan untuk hal-hal tertentu adalah sama, yakni: artefak. Dalam filologi, artefak itu berujud naskah-naskah klasik yang sering disebut dengan istilah: naskah, manuscript; atau handshrift baik yang tertulis di atas bahan rotan, kulit binatang, kulit kayu,  lontar, dluwang maupun kertas. Tujuan yang hendak dicapai oleh filologi terhadap naskah, antara lain menelusuri keaslian naskah tersebut. Sementara dalam ilmu kebudayaan, artefak  atau dokumen-dokumen tertulis tadi adalah bagian dari sumber kajian dan bukannya satu-satunya kajian. Dalam ilmu kebudayaan, minat kajiannya teramat luas, yakni kebudayaan-kebudayaan masyarakat manusia baik yang telah terbekukan sebagai dokumen, maupun yang hidup di dalam pola-pola tindakan masyarakat manusia itu sendiri. Dalam konteks seperti ini, persamaan keduanya (ilmu filologi dan ilmu kebudayaan) adalah pada hasil akhirnya yaitu memahami hasil kebudayaan masyarakat manusia.

1.2   Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas ;
1.      Peranan filologi dalam pembangunan kebudayaan.
2.      Filologi dan kebudayaan nusantara
·         Letak kepulauan nusantara
·         Aneka budaya nusantara masa kini
·         Sumber sejarah kebudayaan nusantara
·         Filologi sebagai penggali budaya masa lampau



















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Studi Filologi Bagi Pengembangan Kebudayaan

2.1.1  Filologi dan Kebudayaan

            Berita tentang hasil budaya masa lampau yang terungkap dalam sastra lama dan dapat dibaca dalam peningggalan yang berupa tulisan yaitu naskah. Karya sastra nusantara yang ada pada saat ini tersimpan dalam naskah lama merupakan peninggalan pikiran para leluhur (nenek moyang). Sastra lama menjadi satu-satunya sumber informasi dan tidak terlepas dari kemungkinan berbagai macam tafsiran.

2.1.2 Pengertian Filologi

            Filologi yang berasal dari kata Yunani philos  ‘cinta’ dan logos ‘kata’ biasanya dikaitkan dengan pengkajian tentang isi atau makna teks suatu naskah lama. Dikatakan bahwa dengan pengkajian filologis kita tidak dapat mengetahui latar belakang budaya suatu bangsa, yaitu yang berkaitan dengan pandangan hidup, kepercayaan, dan adat-istiadat bangsa yang memiliki naskah tersebut. Hasil pengkajian ini dapat dimanfaatkan untuk penilitian lanjutan di berbagai bidang sastra, antropologi, sosiologi, sejarah, dan agama.

2.1.3 Pengertian Kebudayaan

            Kebudayaan adalah kelompok adat kebiasaan, pikiran, kepercayaan, dan nilai yang turun-temurun dan dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap segala situasi yang sewaktu-waktu timbul , baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan.

2.2  Peranan Filologi dalam Pengembangan Kebudayaan

            Kebudayaan lama yang berasal dari beberapa abad yang lampau dapat dikenal kembali dalam bermacam-macam bentuk, antara lain tulisan yang terdapat pada batu, candi-candi atau peninggalan purbakala yang lain dan naskah-naskah. Peninggalan kebudayaan berupa naskah termasuk dokumen yang sangat menarik para peneliti, karena memberikan informasi yang luas. Manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan memiliki aktivitas-aktivitas tertentu yang hasilnya dapat dirasakan oleh generasi kemudian. Berkat warisan kebudayaan, manusia dapat mengatasi masalah-masalah hidupnya, pewarisan kebudayaan itu terjadi lewat sastra. Seluruh kebudayaan merupakan suatu proses belajar yang besar yang menghasilkan bentuk-bentuk baru dengan menimba  pengetahuan dan kepandaian dari kebudayaan sebelumnya.
            Kebudayaan pada dasarnya dilalui tiga tahap yaitu:
1.      Tahap mistis adalah suatu tahap yang sikap manusianya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya.
2.      Tahap ontologism adalah tahap yang sudah melalui tahap mistis sehingga sikapnya manusianya sudah secara bebas ingin meneliti segala hal di luar diri nya.
3.      Tahap fungsional adalah tahap yang berada di atas tahap ontologism yaitu tahap yang sikap dan alam pikiran manusianya sudah Nampak makin modern. 

Melalui sastra  diperoleh nilai-nilai tata hidup sebagai sarana dan komunikasi antar generasi masa lampau , generasi sekarang, dan generasi yang akan datang. Melalui sastra manusia dapat menghargai kehidupan. Penghayatan terhadap sastra dan kemajuan teknologi modern merupakan dua hal yang harus isi-mengisi untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan dalam pembangunan kebudayaan suatu bangsa.kedua hal itu dapat tercapai jika penelitian terhadap sastra lama digalakkan untuk menunjang pengembangan kebudayaan dan melestarikan warisan nenek moyang. Dalam hal ini peranan filologilah, sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki perkembangan kerohanian sesuatu bangsa  dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraanya dalam rangka penggalian dan pelestarian sastra pengembang kebudayaan tersebut.


2.2.1        Filologi dan Kebudayaan Nusantara

Bangsa indonesia boleh berbangga karena memiliki beraneka ragam bahasa dan sastra daerah sebagai warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Sastra daerah yang beraneka ragam itu turut mewarnai khazanah sastra nusantara dan merupakan alat penunjang untuk memperkaya kesastraan indonesia pada umumnya. Pengalaman-pengalam jiwa yang tertuang dalam karya sastra daerah itu dapat berfungsi sebagai alat yang tangguh untuk membendung arus masuknya kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian serta kepentingan bangsa indonesia.

2.2.2        Letak Kepulauan Nusantara

Kepulauan nusantara terletak diantara dua benua yakni benua Asia dan Australia serta diantara dua samudra yakni samudra Hindia dan samudra Pasifik, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat, dan bahasa. Diwilayah kepilauan nusantara pernah berdiri kerajaan-kerajaan besar antara lain dipulau Jawa kerajaan Majapahit, di Sumatera kerajaan Sriwijaya, kerajaan Samudra Pasai, dan di Kalimantan kerajaan Kutai. Kerajaan-kerajaan itu pernah cemerlang dan besar pengaruhnya keseluruh kepulauan nusantara.

2.2.3  Aneka Budaya Nusantara Masa Kini

Penghuni kepulauan nusantara sejak dahulu memiliki berbagai kegiatan dalam berbagai bidang. Kegiatan mereka dapat diketahui antara lain dari peninggalan tertulis yang berupa naskah dan prasasti pada batu tulis. Disamping itu terdapat pula peninggalan yang berupa sastra lisan karena pada mulanya kebanyakan suku bangsa di nusantara baru mengenal tradisi lisan. Karya tulis peninggalan nenek moyang dapat dipelajari untuk memperoleh gambaran kebudayaan pada waktu mereka hidup meskipun tidak lengkap dan tidak menyeluruh. Kebudayaan nusantara pada waktu dahulu berada dalam kondisi dan posisi yang belum matang sehingga mudah menerima pengaruh dari luar. Kondisi mudah berubah itu erat hubungannya dengan pergerakan dunia pada umumnya. Pertemuan antara kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lain sering menimbulkan benturan nilai-nilai. Kebudayaan yang kuat mempengaruhi kebudayaan yang lemah atau akan timbul kebudayaan yang baru sama sekali. Pertemuan kebudayaan asli dengan kebudayaan lain itu mengakibatkan kebudayaan asli berkembang kearah kebudayaan pribadi manusia yang penuh hasrat. Kebudayaan nusantara mengalami perjalanan yang panjang dan dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan yang dikuasai oleh nilai-nilai agama dan kemudian menjelmakan kebudayaan  Indonesia yang ada sekarang ini diantara kebudayaan yang berpengaruh itu adalah kebudayaan Hindi, Budha, Islam dan kebudayaan luar.
Orang India datang kedaerah kebudayaan nusantara dalam tiga gelombang yakni awal abad ke-4, abad ke-8 sampai ke-9, dan abad ke-11 orang India membawa agama Hindu dan Budha serta kebudayaannya dari tanah asalnya. Kebudayaan Hindu dan selama itu orang India telah memperkenalkan tulisan Palawah dan Nagari ke nusantara. Peninggalan tradisi tulisan dari abjad India adalah tradisi sulawesi selatan yang diwakili oleh sastra Bugis dan Makasar. Kedatangan India memberikan perubahan yang besar dalam masyarakat nusantara antara lain bangkitnya kerajaan-kerajaan besar dibawah pimpinan raja-raja penjelmaan dewa Wisnu atau Siwa; istana raja menjadi pusat politik, ekonomi, agama, dan seni; masyarrakat menjadi bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan dalam agam Hindu. Agama Islam datang kedaerah kebudayaan nusantara pada abad ke-13 dibawa oleh pedagang-pedagang India yang kebanyakan pengikut pelbagai tarekat seperti Qadiriyah, Naqsyabandiah, dan beberapa tarekat kecil yang berpusat pada seorang syekh atau guru Tasawuf. Sesudah kedatangan agama Islam, kedudukan nilai agama dalam struktur kebudayaan nusantara tetap tinggi. Ketuhanannya termasuk monoteisme, pengakuan terhadap tuhan yang satu.

2.2.4        Sumber Sejarah Kebudayaan Nusantara.

Kebudayaan nusantara cenderung berkembang disepanjang pantai timur sumatera sampai sepanjang pantai barat Semenanjung Malaka dan didataran rendah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dua pusat tersebut letaknya terpisah secara geografis, berbeda siste ekonomi dan berbeda kebudayaan. Melalui berita sejarah dapat diketahui bahwa Hinduisasi mulai berkembang di Jawa pada abad ke-7 dan  ke-8 dan berakar kuat baru pada sekitar tahun 1930. Pada awalnya Hinduisasi hanya dikenal dilingkungan keraton (perkotaan) lambat laun masuk ke desa-desa dan bertemu kebudayaan asli Jawa hal ini mengakibatkan akulturasi budaya.
Sastra Jawa kuna yang tertuah adalah Kakawin Ramayana yang ceritanya mirip dengan Ramayana Walmiki diperkirakan berasal dari abad ke-9 sekitar waktu dibangunnya candi borobudur maupun candi prambanan. Pada tahun 1000 pulau Jawa memasuki zaman kemajuan kebudayaan. Sastra Jawa kuna dalam sejarah sastra dan kebudayaan nusantara mempunya peranan yang khas, tidak hanya karena tuannya, tetpai karena sastra itu mempengaruhi sastra-sastra daerah se-nusantara. Sebagai contoh cerita wayang dalam bahasa melayu yakni hikayat Pandawa Lima, Sang Boma melalui sastra Jawa masuklah dalam kesusastraan Melayu cerita-cerita yang diangkat dari Mahabrata dan Ramayana.
            Melalui kesusastraan Jawa masuklah dalam kesusastraan melayu cerita-cerita yang diangkat dari Mahabrata dan Ramayana, misalnya Hikayat Pandawa Lebur, Hikayat Angkawijaya, Hikayat Sri Rama, dan lain-lain. Cerita panji Jawa misalnya, Hikayat Cekel Weneng Pati, Hikayat Panji Semirang, Syair Ken Tambuhan, dan masih banyak lagi.
            Sumatera mempunyai dasar ekonomi penanaman merica, perdagangan, buruh, dan berburu. Kegiatan ekonomi masyarakat Sumatera dapat menjadikan dasar peradaban dan kebudayaan merekayang khas. Akibat sosial yang terpenting dari pulau Sumatera adalah perdagangan dan pasar. Kedatangan islam di kepulauan nusantara merupakan cirri zaman baru dalam sejarah yang dengan tegas membawa rasionalisme dan pengetahuan akliah serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang berdasaran kebebasan orang perorangan, keadilan, kemuliaan kepribadian manusia.
            Beberapa judul naskah melayu yang semula memakai nama Hindu diubah dengan judul yang bernafaskan islam, yaitu:
·         Hikayat Marakarma diubah menjadi Hikayat Si Miskin
·         Hikayat Serangga Bayu diubah menjadi Hikayat Ahmad Muhammad
·         Hikayat Indera Jaya diubah menjadi Hikayat Syah-i Mardon
Abad ke-16 dan ke-17 Aceh mencapai zaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskanda Muda (1607-1636) dan masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani (meninggal pada tahun 1641). Dalam dua abad tersebut muncul emapat orang tokoh ulama yang sangat berpengaruh di kawasan nusantara, berikut adalah karya-karya dan ajaran-ajarannya yakni Hauzah Fansuri dengan karyanya Syair Burung Pingai, Syarab al-Asyikin; Syamsuddin Assamatranidengan karyanya Mirat al-Mukmin, Mirat al-Muhaqqidin;Bustanussalatin, Siratalmustakim, Syifa’al Kulub; dan Abudurrauf Singkel dengan karyanya Dakaik al Huruf, Mirat al-Tullab. Selain sastra keagamaan seperti di atas, terdapat juga sastra islam Melayu yang berupa saduran atau terjemahan dari Arab, Persia atau India antara lain:
1.      Hikayat para Nabi sebelum Nabi Muhammad, misalnya Hikayat Anbiya, Hikayat Raja Jumjumah, Hikayat Zakariyah.
2.      Hikayat Nabi Muhammad dan para sahabatnya, misalnya Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Bercukur.
3.      Legenda islam, misalnya Hikayat Sama’un, Hikayat Sultan Ibrahim Ibn Adham.
4.      Pahlawan islam, misalnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Muhammad Hanafiah.

2.3  Filologi Sebagai Penggali Budaya Masa Lampau

Objek filologi telah dikatakan bahwa filologi mempunyai sasaran kerja yang berupa naskah. Khusus filologi Indonesia naskah-naskah yang perlu ditangani oleh para ahli filologi adalah yang mengandung teks-teks klasik sastra Nusantara. Mengingat ruang lingkup Nusantara itu sangat luas dan jumlah naskahnya cukup banyak, maka cukup beraneka ragam pula khazanah kebudayaan lama yang dikandungnya. Masyarakat Nusantara bersifat majemuk. Hal ini bisa dilihat dari adanya berbagai suku dan agama. Kemajemukan itu dalam perkembangan sejarahnya menunjukan adanya persatuan dan kesatuan.
Sastra lama Indonesia memperlihatkan adanya unsur-unsur kedaerahan yang saling berkaitan dan bergantungan. Hubungan lintas lewat batas bahasa dan suku dapat diamati dari segi sejarah dan segi tipologi. Dari segi sejarah ada sejumlah naskah yang berisi hubungan antara bahasa dan antar suku, seperti karya sastra jawa yang sejak dahulu telah diterjemahkan kedalam bahasa Melayu, Sunda, Bali, Madura, Sasak, dan lain-lain. Sastra lama merupakan hasil karya sastra yang unik. Kebanyakan sastra lama dibat khusus untuk perseorangan atau golongan tertentu seperti kaum bangsawan dan pemerintah negara. Oleh karena itu, naskah yang diciptakan tidaklah banyak jumlahnya, dan hal ini menjadikan naskah itu sangat berharga, serta merupakan warisan sastra khazanah negara yang menarik dan mempunyai nilai intrinsik intelek yang perlu disimpan, dilindungi dan dipelihara. Naskah sastra lama yang berbagai jenis bentuk dan isinya dapat diketahui dengan jelas susunan masyarakat dan cara hidup orang pada zaman silam.
Naskah lama merupakan sumber utama yang penting bagi penyelidikan bahasa, sejarah, agama, peradaban, kebudayaan, dan politik masyarakat Nusantara pada waktu silam. Mempelajari sastra lama bukan berarti mempelajari sejarah peradaban bangsa pemilik sastra itu saja. Melalui naskah lama akan diketahui masyarakat zaman silam, perkembangan kejiwaannya, perasaan, pikiran, dan gagasan masyarakat masa itu, sehingga dengan mempelajari sastra lama orang akan dapat memperluas dan memperkaya pandangan hidupnya.
















BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa studi filologi dapat dilakukan dari berbagai sudut dan perspektif, tergantung dari tujuan yang hendak dicapai dari studi tersebut.
            Kalau tujuan dari studi filologi yaitu mempelajari naskah/teks untuk kemudian dapat merebut makna dan pesan dari teks tersebut, maka tujuan seperti ini dapat dijalankan dengan menggunakan pendekatan atau perspektif kebudayaan.
            Lewat perspektif kebudayaan itulah naskah atau teks diperlakukan sebagai pemadatan realitas simbolik. Ketika naskah atau teks diposisikan sebagai realitas simbolik yang dalam istilahnya sendiri sebagai dokumen  kebudayaan masyarakat-masyarakat tradisional, maka analisis yang digunakan adalah analisis kontekstual. Dalam hal ini peranan filologi khususnya dalam mengkaji suatu naskah sangat bermanfaat. Naskah melayu memiliki nilai-nilai budaya yang dapat kita gunakan dalam kehidupan sekarang. Selai itu filologi memiliki peranan yang sangat enting dalam suatu perkembangan kebudayaan di nusantara.









Daftar Pustaka


Pengantar Teori Filologi. 2008.  (anonim)

Sudjiman, Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya.

Thohir, Mudjahirin. 2009. Filologi dan Kebudayaan. http:///D:/Bahan  Filologi/Prof. Dr. Mudjahirin Thohir, M.A. » Archive »Filologi dan Kebudayaan.html. Diakses tanggal 12 November 2011.

Yuniarto, Hendy. 2008. Studi Filologi Bagi Pengembangan  Kebudayaan. http://www.blogger.com/profile/04431497102424769866. Diakses tanggal 12 November 2011.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar